Menjelajah Desa Adat Wae Rebo di Pulau Flores, sebuah petualangan yang akan membawa kita jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Bayangkan, rumah-rumah unik berbentuk kerucut menjulang di tengah hamparan hijau perbukitan Flores, membentuk sebuah pemandangan yang begitu magis. Desa terpencil ini menyimpan segudang rahasia budaya dan tradisi leluhur yang masih terjaga hingga kini. Sebuah perjalanan yang akan memperkenalkan kita pada kehidupan masyarakat yang sederhana, harmonis, dan begitu dekat dengan alam.
Di Wae Rebo, waktu seakan berjalan lebih lambat. Kehidupan sehari-hari masyarakatnya berputar mengikuti ritme alam, jauh dari gemerlap teknologi modern. Arsitektur rumah adat Mbaru Niang yang unik, upacara adat yang sakral, dan kearifan lokal yang terpelihara dengan baik menjadi daya tarik utama desa ini. Mari kita selami lebih dalam keindahan dan keunikan Desa Adat Wae Rebo, sebuah permata tersembunyi di Pulau Flores.
Gambaran Umum Desa Adat Wae Rebo

Eh, guys! Tau nggak, gue baru aja balik dari petualangan seru banget ke Wae Rebo, Flores! Bayangin, desa adat terpencil di tengah hutan lebat, adem banget! Rasanya kayak masuk ke dunia lain, jauh banget dari hiruk pikuk Malang yang super rame. Pokoknya, ini pengalaman yang nggak bakal gue lupain deh!
Kehidupan sehari-hari di Wae Rebo itu unik banget, bener-bener ‘back to basic’. Bayangin, mereka masih pakai sistem gotong royong, jadi semuanya serba bareng-bareng. Nggak ada wifi, sinyal juga susah banget dapet, jadi yaaa… waktu luang dipake buat ngobrol, ngurus kebun, atau bikin kerajinan tangan. Enaknya, mereka punya hubungan sosial yang super erat, saling kenal dan bantu-bantu satu sama lain.
Beda banget sama di Malang yang kadang tetangga aja nggak kenal.
Kehidupan Sehari-hari Masyarakat Wae Rebo
Masyarakat Wae Rebo, mereka ini super kompak! Bayangin aja, bangun pagi udah rame, ada yang ngurus kebun, ada yang nyiapin makanan, ada yang bersihin rumah. Semua serba gotong royong, nggak ada istilah individualis. Sorenya, biasanya mereka berkumpul di rumah adat, ngobrol-ngobrol, nyanyi, atau main game tradisional. Pokoknya, hidup mereka harmonis banget, jauh dari stress dan drama percintaan anak SMA.
Perbandingan Kehidupan Wae Rebo dan Kota Besar
Aspek | Wae Rebo | Kota Besar (misal: Malang) |
---|---|---|
Teknologi | Minim akses teknologi, komunikasi terbatas. | Akses internet dan teknologi canggih mudah diakses. |
Ekonomi | Ekonomi berbasis pertanian dan kerajinan tradisional, pendapatan terbatas. | Ekonomi beragam, peluang kerja lebih banyak, pendapatan lebih variatif. |
Sosial | Hubungan sosial erat, gotong royong tinggi. | Hubungan sosial cenderung individualistis, interaksi terbatas. |
Lingkungan | Lingkungan alami terjaga, hidup berdampingan dengan alam. | Lingkungan terdampak polusi, pembangunan infrastruktur yang masif. |
Suasana Pagi Hari di Wae Rebo
Bayangin deh, pagi hari di Wae Rebo itu sejuk banget! Udara masih bersih, kabut masih menyelimuti lembah. Matahari perlahan muncul dari balik gunung, menyinari rumah-rumah adat berbentuk kerucut yang unik. Warga sudah mulai beraktivitas, ada yang menyiram tanaman di kebun, ada yang memetik sayuran, ada juga yang bersiap-siap untuk pergi ke hutan mencari kayu bakar.
Suara burung berkicau merdu menemani aktivitas mereka. Semua terasa tenang dan damai, jauh dari suara bising kendaraan bermotor.
Tradisi Unik di Wae Rebo
Wae Rebo punya banyak tradisi unik yang masih dijaga sampai sekarang. Salah satunya adalah upacara adat Ngadu, upacara untuk meminta restu kepada leluhur. Kemudian ada juga ritual pertanian, dimana masyarakat melakukan ritual sebelum dan sesudah masa panen. Mereka juga punya sistem kepemimpinan adat yang unik, dimana setiap keputusan diambil secara musyawarah mufakat. Pokoknya, budaya mereka kaya banget!
Aksesibilitas dan Perjalanan Menuju Wae Rebo
Berpetualang ke Wae Rebo, desa adat unik di Flores, Nusa Tenggara Timur, ibarat membuka lembaran cerita dongeng. Perjalanan menuju desa yang terpencil di atas bukit ini memang menantang, tapi percayalah, keindahannya sepadan dengan usaha yang kita lakukan. Berikut ini beberapa informasi penting yang perlu kamu ketahui sebelum memulai petualanganmu.
Rute Perjalanan dan Estimasi Biaya (2024)
Rute menuju Wae Rebo umumnya dimulai dari Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Dari Ruteng, kamu bisa menyewa mobil atau motor. Kondisi jalan menuju Wae Rebo bervariasi, sebagian beraspal, sebagian lagi berupa jalan tanah berbatu yang cukup terjal. Perjalanan dari Ruteng memakan waktu sekitar 2-3 jam dengan mobil, dan bisa lebih lama jika menggunakan motor. Biaya sewa mobil biasanya berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 1.000.000 per hari, tergantung jenis mobil dan negosiasi dengan supir.
Bayangkan, rumah-rumah adat Wae Rebo di Flores, berdiri kokoh di atas bukit, menyatu dengan alam. Keunikan arsitektur Mbaru Niang-nya begitu memikat. Perjalanan menjelajahi desa ini terasa begitu berbeda, seakan memasuki dunia lain. Ingin merasakan pengalaman serupa di tempat lain? Cobalah Menjelajah Desa Wisata Pulau Kolorai di Maluku Utara , dengan keindahan alam dan budaya yang tak kalah mempesona.
Setelahnya, kembali ke Flores, anda akan semakin menghargai kekayaan budaya Indonesia yang begitu beragam, dari keunikan Wae Rebo hingga pesona Kolorai.
Sewa motor lebih ekonomis, sekitar Rp 150.000 – Rp 250.000 per hari. Setelah sampai di titik parkir terdekat, kamu perlu berjalan kaki sekitar 2-3 jam menyusuri jalur setapak menuju desa. Jangan lupa mempersiapkan fisik dan perlengkapan yang memadai!
Panduan Singkat Perjalanan ke Wae Rebo
Bayangkan ini: kamu dan teman-teman, berbekal semangat petualangan, mulai perjalanan dari Ruteng. Jalanan berkelok-kelok diselingi pemandangan sawah terasering yang hijau menawan akan menemanimu. Jangan lupa mampir beli oleh-oleh khas Manggarai di pinggir jalan ya! Setelah sampai di titik parkir, siapkan stamina untuk trekking. Jalur pendakiannya menantang, tapi pemandangannya luar biasa. Pastikan kamu membawa air minum yang cukup, topi, dan sunscreen.
Jangan lupa juga berinteraksi dengan penduduk lokal, mereka ramah dan siap membantu. Sampai di Wae Rebo, kamu akan disambut oleh rumah-rumah adat Mbaru Niang yang unik dan menawan.
Rekomendasi Penginapan di Sekitar Wae Rebo
Untuk urusan menginap, ada beberapa pilihan. Kamu bisa menginap di homestay milik warga desa Wae Rebo. Pengalaman menginap di sini akan memberikanmu kesempatan untuk lebih dekat dengan budaya dan kehidupan masyarakat lokal. Harga per malamnya berkisar antara Rp 200.000 hingga Rp 500.000, tergantung fasilitas dan lokasi homestay. Alternatif lain, kamu bisa mencari penginapan di Ruteng sebelum memulai perjalanan ke Wae Rebo.
Di Ruteng, tersedia berbagai macam penginapan, mulai dari hotel bintang hingga guesthouse dengan harga yang lebih terjangkau.
Peta Sederhana Menuju Wae Rebo dari Ruteng
Bayangkan peta ini: Dari Ruteng, ikuti jalan utama menuju arah selatan. Jalan ini akan melewati beberapa desa dan perbukitan. Setelah beberapa jam perjalanan, kamu akan mencapai titik parkir terdekat dengan Wae Rebo. Dari titik parkir, jalur menuju Wae Rebo berupa jalur setapak yang menanjak dan berkelok-kelok melewati hutan dan perbukitan. Ikuti jalur yang sudah ada, dan jangan ragu bertanya kepada penduduk lokal jika kamu merasa tersesat.
Tantangan dan Hal yang Perlu Diperhatikan
Perjalanan ke Wae Rebo tidak selalu mudah. Kondisi jalan yang terjal dan berbatu, terutama saat musim hujan, bisa menjadi tantangan. Cuaca di daerah ini juga bisa berubah dengan cepat, jadi pastikan kamu selalu memantau ramalan cuaca sebelum berangkat. Selain itu, siapkan fisik yang prima karena perjalanan akan cukup melelahkan. Jangan lupa untuk menghormati adat istiadat dan budaya masyarakat lokal selama kunjunganmu.
Persiapan yang matang akan membuat perjalananmu ke Wae Rebo menjadi pengalaman yang tak terlupakan.
Bayangkan, rumah-rumah adat Wae Rebo di Flores menjulang gagah di antara hamparan hijau, sebuah pemandangan yang begitu memikat. Keunikan budaya Manggarai terasa begitu kental di sana. Namun, petualangan tak berhenti di Flores; rasa ingin tahu mendorong kita untuk menjelajahi keindahan lain di Indonesia, seperti yang ditawarkan di Menjelajah Desa Wisata Arborek di Papua Barat , dengan pesona bawah lautnya yang menakjubkan.
Setelah merasakan eksotisme Arborek, kita kembali terpesona oleh keanggunan arsitektur Wae Rebo, sebuah bukti kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa.
Keunikan Arsitektur Rumah Adat Mbaru Niang
Rumah adat Mbaru Niang di Desa Wae Rebo, Flores, bukanlah sekadar tempat tinggal; ia adalah manifestasi dari kearifan lokal, sebuah perpaduan harmonis antara manusia dan alam. Arsitekturnya yang unik, berbentuk kerucut dan tersusun rapi di lereng bukit, mencerminkan filosofi hidup masyarakat Wae Rebo yang selaras dengan lingkungan sekitarnya. Bangunan ini lebih dari sekadar rumah; ia adalah sebuah simbol, sebuah cerita yang terukir dalam setiap detail konstruksinya.
Struktur dan Filosofi Mbaru Niang
Mbaru Niang memiliki struktur yang unik. Rumah ini berbentuk kerucut, dibangun dari kayu dan bambu yang kuat dan tahan lama. Atapnya yang menjulang tinggi terbuat dari alang-alang yang dianyam rapat, membentuk sebuah kubah yang melindungi penghuninya dari terik matahari dan hujan. Struktur kerucut ini bukan sekadar pilihan estetika, melainkan juga mencerminkan filosofi masyarakat Wae Rebo tentang kesatuan dan kebersamaan.
Setiap bagian rumah, dari tiang penyangga hingga atapnya, memiliki makna simbolis yang mendalam, mencerminkan hubungan mereka dengan alam dan leluhur.
Perbandingan Mbaru Niang dengan Rumah Adat Lain
Dibandingkan dengan rumah adat lainnya di Indonesia, Mbaru Niang memiliki ciri khas yang sangat menonjol. Jika dibandingkan dengan rumah gadang di Minangkabau yang memanjang dan berhiaskan ukiran rumit, atau rumah joglo di Jawa yang kokoh dan berteras, Mbaru Niang lebih menekankan pada kesederhanaan dan keselarasan dengan alam. Bentuk kerucutnya yang unik dan penggunaan material alami menjadi pembeda utama.
Bayangkan, menyusuri rumah-rumah adat Mbaru Niang di Wae Rebo, Flores, dengan atapnya yang unik menjulang tinggi. Sensasi menjelajahi desa terpencil ini sungguh tak terlupakan, menawarkan kedamaian yang kontras dengan hiruk pikuk perkotaan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada keindahan alam lain di Indonesia, seperti saat saya mengunjungi Menjelajah Desa Wisata Rammang Rammang Sulawesi Selatan , dengan hamparan karstnya yang memesona.
Namun, kembali ke Wae Rebo, pesona budaya Manggarai yang kental tetap menjadi daya tarik tersendiri, menawarkan petualangan yang tak kalah memikat.
Meskipun berbeda dalam bentuk dan detail, semua rumah adat ini mencerminkan kearifan lokal dan adaptasi terhadap lingkungan masing-masing.
Pengaruh Material Bangunan terhadap Ketahanan dan Keindahan
Material bangunan Mbaru Niang, terutama kayu dan alang-alang, berperan penting dalam ketahanan dan keindahannya. Kayu yang digunakan dipilih dari jenis yang kuat dan tahan terhadap cuaca, sedangkan alang-alang yang dianyam rapat mampu melindungi rumah dari hujan dan panas. Penggunaan material alami ini juga memberikan estetika tersendiri, menciptakan harmoni antara bangunan dan lingkungan sekitarnya. Warna alami kayu dan alang-alang menciptakan nuansa hangat dan menenangkan, mencerminkan kesederhanaan dan keindahan alam.
Proses Pembangunan Mbaru Niang
Pembangunan Mbaru Niang merupakan proses yang sakral dan melibatkan seluruh anggota masyarakat. Bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan juga sebuah ritual yang menghubungkan masyarakat dengan leluhur dan alam.
- Pemilihan kayu dan alang-alang dilakukan dengan ritual khusus.
- Proses pembangunan dilakukan secara gotong royong oleh seluruh warga.
- Setiap bagian rumah memiliki makna simbolis yang mendalam.
Proses pembangunan Mbaru Niang merupakan wujud nyata dari gotong royong dan kearifan lokal masyarakat Wae Rebo.
Detail Atap Mbaru Niang
Atap Mbaru Niang merupakan bagian yang paling menonjol dan ikonik. Atap berbentuk kerucut yang tinggi ini terbuat dari alang-alang yang dianyam dengan sangat rapi dan kuat. Bentuk kerucutnya berfungsi untuk mengalirkan air hujan dengan efektif, mencegah air tergenang dan merusak struktur bangunan. Material alang-alang dipilih karena sifatnya yang tahan lama dan mudah didapat di lingkungan sekitar.
Selain berfungsi sebagai pelindung, atap juga memiliki nilai estetika yang tinggi, menciptakan siluet yang indah dan khas.
Budaya dan Tradisi Masyarakat Wae Rebo
Desa Wae Rebo, dengan rumah-rumah adatnya yang unik berbentuk kerucut, menyimpan kekayaan budaya dan tradisi yang telah terjaga selama berabad-abad. Kehidupan masyarakatnya diatur oleh sistem adat yang kuat, menciptakan harmoni antara manusia dan alam. Perpaduan antara kepercayaan lokal dan ajaran leluhur membentuk identitas unik yang membedakan Wae Rebo dari desa-desa lain di Flores.
Peran Perempuan dan Laki-laki dalam Masyarakat Wae Rebo
Struktur sosial Wae Rebo mengenal pembagian peran yang jelas antara laki-laki dan perempuan, namun keduanya memiliki posisi yang sama pentingnya dalam menjaga keseimbangan kehidupan desa. Laki-laki umumnya bertanggung jawab atas pertanian ladang, pembuatan dan perawatan rumah adat, serta urusan pemerintahan desa. Sementara perempuan mengelola rumah tangga, mengurus anak-anak, menangani pertanian di sekitar rumah, dan berperan penting dalam upacara adat.
Kerjasama dan saling menghormati antara keduanya menjadi kunci keberlangsungan kehidupan masyarakat.
Upacara Adat Penting di Wae Rebo dan Maknanya
Sejumlah upacara adat penting diselenggarakan secara berkala di Wae Rebo, masing-masing sarat makna dan simbol yang berkaitan dengan siklus kehidupan, pertanian, dan hubungan dengan leluhur.
- Upacara Ngadhu: Upacara ini dilakukan untuk memohon kesuburan tanah dan hasil panen yang melimpah. Upacara ini melibatkan seluruh anggota masyarakat dan diiringi dengan doa-doa dan sesajen.
- Upacara Wae Mbaru: Upacara ini berkaitan dengan pembangunan atau renovasi rumah adat. Prosesnya melibatkan seluruh warga dan memerlukan waktu berhari-hari, menunjukkan gotong royong dan kerjasama yang tinggi.
- Upacara kematian: Upacara kematian di Wae Rebo dilakukan dengan penuh penghormatan kepada leluhur. Prosesnya melibatkan ritual-ritual khusus dan diiringi dengan kesedihan dan doa.
Kutipan dari Penduduk Lokal tentang Kehidupan dan Budaya di Wae Rebo
Meskipun sulit mendapatkan kutipan langsung yang terdokumentasi secara resmi, kisah-kisah lisan dari para pengunjung menggambarkan kehidupan masyarakat Wae Rebo yang damai dan rukun. Mereka seringkali menekankan pentingnya menjaga alam, saling menghormati, dan melestarikan tradisi leluhur sebagai kunci kesejahteraan mereka.
“Kehidupan di sini sederhana, tapi kami bahagia. Alam memberikan apa yang kami butuhkan, dan kami menjaga alam agar selalu memberikan berkahnya,” kata seorang warga Wae Rebo (kutipan berdasarkan cerita pengunjung).
Adaptasi Budaya Wae Rebo dengan Perkembangan Zaman
Meskipun terpencil, Wae Rebo bukannya terisolir dari perkembangan zaman. Masyarakatnya secara perlahan mulai beradaptasi, misalnya dengan penggunaan teknologi komunikasi sederhana untuk mempermudah interaksi dengan dunia luar. Namun, adaptasi ini dilakukan secara selektif, dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Mereka menyadari pentingnya keseimbangan antara kemajuan dan pelestarian budaya.
Sistem Sosial dan Pemerintahan di Wae Rebo
Sistem pemerintahan di Wae Rebo bersifat tradisional dan kolektif. Keputusan penting diambil secara musyawarah mufakat oleh para tetua adat, yang dihormati dan dipatuhi oleh seluruh anggota masyarakat. Tidak ada hirarki kekuasaan yang kaku, semua warga memiliki hak suara dan bertanggung jawab atas kesejahteraan desa. Sistem ini menciptakan rasa kebersamaan dan keadilan sosial.
Dampak Pariwisata terhadap Desa Wae Rebo
Keindahan arsitektur Mbaru Niang dan keasrian alam Wae Rebo telah menarik perhatian dunia, membawa arus wisatawan yang signifikan. Namun, kedatangan wisatawan ini tak hanya membawa dampak positif berupa peningkatan ekonomi, tetapi juga tantangan bagi keberlanjutan desa adat yang unik ini. Sebuah keseimbangan yang rumit perlu dijaga agar warisan budaya Wae Rebo tetap lestari di tengah perkembangan pariwisata.
Dampak Positif Pariwisata terhadap Wae Rebo
Pariwisata telah memberikan kontribusi nyata bagi perekonomian masyarakat Wae Rebo. Peningkatan pendapatan terlihat dari sektor jasa pariwisata, seperti penginapan rumah adat, pemandu wisata lokal, dan penjualan kerajinan tangan. Hal ini secara langsung meningkatkan kesejahteraan masyarakat, membuka peluang kerja baru, dan mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian yang sebelumnya menjadi sumber utama penghasilan. Selain itu, peningkatan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan juga terjadi seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan yang peduli terhadap keberlanjutan.
Dampak Negatif Pariwisata terhadap Wae Rebo
Di balik dampak positifnya, pariwisata juga menghadirkan sejumlah tantangan. Peningkatan jumlah wisatawan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti pencemaran sampah dan degradasi lahan. Terlalu banyaknya pengunjung juga berpotensi mengganggu kehidupan sosial budaya masyarakat Wae Rebo, mengancam keaslian tradisi dan kearifan lokal. Potensi konflik kepentingan antara masyarakat lokal dan pelaku bisnis pariwisata juga perlu diwaspadai. Ketidakseimbangan distribusi manfaat ekonomi juga bisa terjadi, dengan sebagian besar keuntungan dinikmati oleh pihak luar desa.
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Wae Rebo
Untuk memastikan pariwisata memberikan manfaat jangka panjang bagi Wae Rebo, pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi kunci. Hal ini membutuhkan perencanaan yang matang, melibatkan seluruh masyarakat, dan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara terintegrasi.
- Penerapan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan.
- Pembatasan jumlah wisatawan untuk mencegah kerusakan lingkungan dan menjaga kearifan lokal.
- Pengembangan produk wisata berbasis masyarakat, seperti pelatihan keahlian kerajinan dan pengelolaan homestay.
- Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola pariwisata secara mandiri dan berkelanjutan.
Contoh Praktik Pariwisata Berkelanjutan di Wae Rebo
Beberapa praktik pariwisata berkelanjutan yang dapat diterapkan di Wae Rebo antara lain penggunaan energi terbarukan, seperti tenaga surya, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Penggunaan produk lokal untuk mengurangi jejak karbon dan mendukung perekonomian lokal juga perlu digalakkan. Program edukasi bagi wisatawan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan budaya Wae Rebo juga sangat penting.
Praktik | Penjelasan |
---|---|
Homestay berbasis masyarakat | Masyarakat secara langsung terlibat dalam pengelolaan akomodasi, meningkatkan pendapatan dan pemahaman tentang pariwisata berkelanjutan. |
Pemandu wisata lokal | Masyarakat dilatih menjadi pemandu wisata, memberikan pengalaman autentik dan penghasilan tambahan. |
Penggunaan produk lokal | Menunjang perekonomian lokal dan mengurangi dampak lingkungan dari transportasi barang dari luar daerah. |
Tantangan Pengelolaan Pariwisata di Wae Rebo
Wae Rebo menghadapi beberapa tantangan dalam mengelola pariwisata, termasuk keterbatasan infrastruktur, aksesibilitas yang masih terbatas, dan kapasitas pengelolaan yang masih perlu ditingkatkan. Kurangnya sumber daya manusia yang terlatih dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan juga menjadi kendala. Koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat, seperti pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha pariwisata, juga sangat penting untuk mengatasi tantangan ini.
Rekomendasi untuk Pemerintah dan Wisatawan
Pemerintah perlu memberikan dukungan berupa pelatihan dan pendanaan bagi masyarakat Wae Rebo untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan pariwisata. Pengembangan infrastruktur yang ramah lingkungan juga perlu dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan wisatawan. Bagi wisatawan, kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan, menghormati budaya lokal, dan mendukung ekonomi masyarakat lokal sangat penting untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Wae Rebo.
- Pemerintah: Investasi dalam infrastruktur ramah lingkungan dan pelatihan masyarakat.
- Wisatawan: Menghormati adat istiadat setempat dan mendukung ekonomi lokal dengan membeli produk-produk lokal.
Perjalanan menjelajahi Desa Adat Wae Rebo di Pulau Flores bukanlah sekadar wisata biasa; ini adalah pengalaman yang memperkaya jiwa. Melihat langsung kehidupan masyarakat yang begitu harmonis dengan alam, menyaksikan keunikan arsitektur Mbaru Niang, dan merasakan keramahan penduduk lokal akan meninggalkan kesan mendalam yang tak terlupakan. Semoga kisah ini menginspirasi lebih banyak orang untuk mengunjungi dan menghargai keindahan serta kelestarian budaya Wae Rebo, serta turut menjaga warisan budaya Indonesia yang luar biasa ini.